Tuesday, 9 June 2015

Lima langkah menuju ISTIQAMAH


1. MURAQABAH.


Muraqabah adalah perasaan seorang hamba akan pengawasan Allah SWT dan kedekatan dirinya kepada Allah SWT.

Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hadid, ayat 4:

هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Ertinya:
“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas ‘arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hadid: 4)

Rasulullah saw. bersabda-ketika ditanya tentang ihsan, “Kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, dan apabila kamu tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihat kamu.” (H.R. Bukhari)

2. MU’AHADAH.

Mu’ahadah yang dimaksud di sini adalah iltizamnya seseorang atas nilai-nilai kebenaran Islam. Hal ini dilakukan kerena ia telah berikrar dalam hatinya di dengan Allah SWT.

Ada banyak ayat yang berkaitan dengan masalah ini, di antaranya adalah sebagai berikut.

Allah SWT berfirman dalam Surah Surah An-Nahl, ayat 91:

وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدتُّمْ وَلَا تَنقُضُوا الْأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلًا إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ

Ertinya:
“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah SWT apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah SWT sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah SWT mengetahui apa yang kamu perbuat.”(QS. An-Nahl: 91).

Allah SWT juga berfirman dalam  Surah Al-Anfal, ayat 27:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ

Ertinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah SWT dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al-Anfal: 27)

3. MUHASABAH

Muhasabah adalah usaha seorang hamba untuk melakukan perhitungan dan evaluasi atas perbuatannya, baik sebelum maupun sesudah melakukannya.

Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hashr, ayat 18:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Ertinya:
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hasyr: 18)
“Orang yang cerdas (kuat) adalah orang yang menghisab dirinya dan beramal untuk hari kematiannya. Adapun orang yang lemah adalah orang yang mengekor pada hawa nafsu dan berangan-angan pada Allah.” (H.R. Ahmad)

4. MU’AQABAH.

Mu’aqabah adalah pemberian hukuman oleh seseorang muslim terhadap dirinya sendiri atas kecuaian yang dilakukannya.

Allah SWT berfirman dalam Surah  Al-Baqarah, ayat 179:

وَلَكُمْ فِي الْقِصَاصِ حَيَاةٌ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Ertinya:
“Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.” (Al-Baqarah: 179)

Generasi salafus soleh telah memberikan teladan yang baik kepada kita dalam masalah ketakwaan, muhasabah, mu’aqabah terhadap diri sendiri jika bersalah, serta contoh dalam bertekad untuk lebih taat jika mendapatkan dirinya lalai atas kewajiban.

5. MUJAHADAH.

Mujahadah adalah optimalisasi dalam beribadah dan melaksanakan seluruh nilai-nilai Islam dalam kehidupan.

Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hajj, ayat 78:

وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ

Ertinya:
Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. (QS. Al-Hajj:78)

“Rasulullah SAW. melaksanakan solat malam hingga kedua tumitnya bengkak. Aisyah ra. pun bertanya: ‘Mengapa engkau lakukan hal itu, padahal Allah SWT telah menghapuskan segala dosamu?’

Maka, Rasulullah SAW. menjawab, ‘Bukankah sudah sepatutnya aku menjadi seorang hamba yang bersyukur.’”
(H.R. Bukhari-Muslim).-9/6/2015

Susunan: Ustaz Elyas Ismail

No comments:

Post a Comment